Sabtu, 28 April 2012

Lemahnya budaya K3 mengakibatkan tingginya angka kecelakaan kerja


Kecelakaan di Tempat Kerja

Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan prouksi. Pada tahun 2007 menurut Jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang mengakibatkan .451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera.

              Data kecelakaan tersebut mencangkup seluruh perusahaan yang mejadi anggota Jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia. Dengan demikian, angka kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun. Oleh karena itu jumlah kecelakaan keseluruhannya diperkirakan jauh lebih besar. Bahkan menurut penelitian World Economic Forum tahun 2006, angka kematian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 17 – 18 untuk setiap 100.000 pekerja.
             
              Kerugian materi akibat kecelakaan juga besar seperti kerusakan sarana produksi, biaya pengobatan dan kompensasi. Selama tahun 2007 kompensasi kecelakaan yang dikeluarkan Jamsostek mencapai Rp 165,95 Miliar. Kerugian materi lainnya jauh lebih besar.

              Menurut laporan International Labour Organization (ILO) tahun 2006 kerugian akibat kecelakaan kerja mencapai 4% dari GDP suatu Negara. Artinya, dalam skala industri, kecelakaan dan penyakit akibat kerja menimbulkan kerugian 4 persen dari biaya produksi berupa pemborosan terselubung (hidden cost) yang dapat mengurangi produktivitas yang pada akhirnya  dapat mempengaruhi daya saing suatu Negara.

              Hasil survey World Economic Forum tersebut juga mengkaitkan antara daya saing dengan tingkat kecelakaan. Daya saing suatu Negara ternyata berhubungan dengan tingkat keselamatan. Negara dengan daya saing rendah memiliki tingkat keselamatan yang rendah pula. Indeks daya saing Indonesia berada pada peringkat ketiga dari bawah di atas Zimbabwe dan Rusia dengan nilai di bawah 3,5 dan indeks kematian akibat kecelakaan sebesar 17 – 18 per 100.0000 pekerja.

              Pada urutan pertama adalah Finlandia dengan indeks daya saing 6 dan indeks kematian akibat kecelakaan di bawah 1 per 100.000 pekerja. Malaysia memiliki indeks daya saing 5 dengan indeks kematian akibat kecelakaan sekitar 11 per 100.000 pekerja.

              Kondisi ini disebabkan karena masih kurangnya kesadaran dan pemahaman kalangan usaha di Indonesia  akan pentingnya aspek K3 sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan daya saing.

Sumber :
Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja : OHSAS 18001
Soehatman Ramli

Senin, 16 April 2012

TAK ADA AKAR ROTAN PUN JADI : Apa yang bisa digunakan sebagai pengganti alat pertolongan pertama??

Ketika menghadapi keadaan darurat sering kali tidak tersedia peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pertolongan. Namun jangan kehabisan akal kita tidak perlu ketergantungan dengan peralatan yang semestinya, kita bisa menggunakan barang/benda disekitar kita sebagai pengganti alat pertolongan. Alat-alat yang bisa digunakan dalam keadaan darurat adalah sebagai berikut :

1. PEMBALUT WANITA DAN POPOK BAYI
Saat kita menemukan korban dengan perdarahan hebat atau luka parah dan tidak memiliki pembalut yang semestinya, kita bisa menggunakan Pembalut Wanita atau Popok bayi untuk melakukan balut tekan. Caranya ambil pembalut wanita atau popok bayi lalu letakan diatas luka dan lakukan penekanan dengan menggunakan tangan atau pengikatan diatasnya. Jika darah masih keluar maka tambahkan pembalut wanita atau popok bayi sampai tebal. Semakin tebal akan semakin efektif untuk menghentikan perdarahan.

2. SAPU TANGAN, HANDUK, DAN TAPLAK MEJA
Sapu tangan, handuk dan taplak meja bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan hebat pada luka. Caranya Ambil sapu tangan, handuk atau Taplak meja, lalu lipat sedikit lebih lebar dari luka, setelah itu tempelkan dan tekan. Sama halnya dengan pembalut diatas maka jika darah masih mengalir tambahkan kain sapu tangan atau yang lain agar lebih tebal.

Sapu tangan juga bisa dipakai sebagai bantalan ketika pemasangan bidai / spalk. Terutama bantalan pada tulang-tulang yang menonjol.

Sedangkan taplak meja bisa digunakan untuk menyanggah lengan yang patah jika tidak memiliki kain segi tiga atau mitela.

3. MAJALAH, KORAN, PAYUNG, KARDUS
Majalah, koran, payung dan kardus bisa digunakan untuk melakukan pembidaian pada korban yang mengalami patah tulang pada daerah lengan dan kaki. Prinsip pembidaian pada patah tulang adalah harus melewati dua sendi. Jika tidak ada barang diatas, untuk patah tulang daerah kaki bisa juga melakukan pembidaian dengan menggunakan kaki yang sehat, dengan cara mengikatkan kaki yang patah dengan kaki yang sehat sebelahnya.

4. PAPAN, MEJA DAN PINTU
Papan, meja dan pintu dapat digunakan untuk menyanggah korban dengan kecurigaan mengalami patah tulang belakang. Hal ini karena korban yang mengalami cedera tulang belakang harus diletakan pada alas yang rata dan keras untuk menghindari cedera tambahan.

J. Sudrajat
dari berbagai sumber

Minggu, 15 April 2012

TANGGAP DARURAT PADA KELUARGA

Setiap keluarga seharusnya sudah membuat perencanaan dan antisipasi jika terjadi situasi gawat darurat yang menimpa anggota keluarganya. Hal ini untuk meminimalkan resiko sekecil mungkin sebagai dampak dari kedaruratan tersebut. Selain itu juga agar dalam keluarga dapat saling menolong anggota keluarganya yang lain. Berikut ini beberapa hal yang perlu disiapkan sebagai antisipasi dalam menghadapi situasi gawat darurat :

A. TABEL RIWAYAT KESEHATAN 
Sebagian besar keluarga tidak memikirkan pentingnya Tabel Riwayat Kesehatan Keluarga. Sehingga antara anggota keluarga tidak bisa memahami kondisi dan masalah kesehatan keluarga masing-masing. Padahal Tabel riwayat kesehatan keluarga sangat penting ketika menghadapi situasi kedaruratan. Tabel riwayat kesehatan keluarga berisi riwayat sakit yang pernah diderita anggota keluarga, obat yang diminum, alergi terhadap obat tertentu, imunisasi. Dalam tabel tersebut juga harus tertera nomor-nomor pentung seperti nomor telepon rumah sakit terdekat, dokter keluarga, nomor polisi dan nomor pemadam kebakaran.

B. KETAHUI JALAN MENUJU RUMAH SAKIT TERDEKAT
Anggota keluarga yang bisa membawa kendaraan sebaiknya mengenali jalur tercepat menuju rumah sakit terdekat. Pada keadaan darurat salah memilih jalan akan membuat pertolongan menjadi terlambat. Hal ini akan mempengaruhi juga tingkat keberhasilan pertolongan dan kemungkinan penyelamatan jiwa penderita. Pemilihan jalan yang tepat dan tercepat pada keandaan darurat sangat penting, karena pada situasi darurat kita berpacu dengan waktu. Keterlambatan bisa menjadi sangat fatal buat penderita.

C. TANDA PENGENAL MEDIK PRIBADI
Tanda medik pribadi sangat penting untuk anggota keluarga terutama yang sering bepergian jauh. Hal ini untuk memudahkan penolong  mengenali riwayat kesehatan orang yang bersangkutan jika terjadi situasi darurat.

Tanda pengenal medik pribadi bisa berupa gelang, kalung atau kartu khusus. Namun yang paling sering dipakai adalah gelang atau kalung, adapun pemakaian kartu khusus digunakan jika yang bersangkutan alergi pada pemakaian kalung/gelang logam, atau yang tidak mau memakainya.

Tanda pengenal medik pribadi biasanya dipakai oleh orang yang memiliki penyakit serius, seperti diabetes, epilepsi, glaukoma, haemofilia, jantung dan orang-orang yang alergi terhadap obat-obatan atau yang lainya.
Tanda pengenal medik pribadi berisi data-data seperti : nama, alamat,  golongan darah, daftar alergi, atau info kesehatan lainnya. Tanda pengenal medik pribadi banyak diproduksi oleh perusahaan kesehatan atau dibuat sendiri oleh yang bersangkutan.

D. PERALATAN P3K DI RUMAH ATAU DI KENDARAAN
Dirumah atau di kendaraan perlu tersedia kotak P3K yang bisa digunakan setiap saat pada keadaaan darurat. Simpanlah kotak P3K pada lokasi yang strategis, dan jauhkanlah dari jangkauan anak-anak. Jangan lupa untuk mengecek ketersediaan peralatan termasuk memeriksa secara berkala tanggal kadaluarsa dari peralatan tersebut.

By. Jajat Sudrajat
Sumber : Handbook Of First Aid And Emergency Care AMA