Selasa, 01 Mei 2012

Kapan meminta bantuan medik ?

Ketika menghadapi situasi gawat darurat seperti kasus perdarahan hebat, serangan jantung, stroke, koma akibat diabetes, nyeri perut yang hebat maka segeralah meminta bantuan Ambulans Gawat Darurat untuk segera membawa korban ke rumah sakit.

Apabila anda tidak yakin dengan kondisi korban dan korban menunjukan gejala sakit parah yang berkepanjangan seperti rasa sakit, muntah atau diare, kesulitan bernapas dan demam tinggi, segeralah menghubungi dokter (sebaiknya dokter pribadi korban).

Ketika meminta bantuan medis penting sekali untuk memberikan informasi sebagai berikut :
  1. Apa yang terjadi
  2. Luka, gejala, tanda yang dialami korban
  3. Kapan saat terjadi kecelakaan atau munculnya gejala dan tanda
  4. Jika anda tahu sebutkan obat yang diminum korban
  5. Jika keracunan, apa zat/bahan yang di telan korban
  6. Dimana lokasi anda/korban
  7. Nomor telepon yang bisa dihubungi
  8. Tanyakan apa yang harus anda lakukan sebelum bantuan datang.
Selain dari hal tersebut, sikap tenang akan sangat diperlukan dalam situasi gawat darurat dan ikuti petunjuk dokter/paramedik. Pertolongan pertama anda akan menyelamatkan jiwa korban.

Sabtu, 28 April 2012

Lemahnya budaya K3 mengakibatkan tingginya angka kecelakaan kerja


Kecelakaan di Tempat Kerja

Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan prouksi. Pada tahun 2007 menurut Jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang mengakibatkan .451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera.

              Data kecelakaan tersebut mencangkup seluruh perusahaan yang mejadi anggota Jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia. Dengan demikian, angka kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun. Oleh karena itu jumlah kecelakaan keseluruhannya diperkirakan jauh lebih besar. Bahkan menurut penelitian World Economic Forum tahun 2006, angka kematian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 17 – 18 untuk setiap 100.000 pekerja.
             
              Kerugian materi akibat kecelakaan juga besar seperti kerusakan sarana produksi, biaya pengobatan dan kompensasi. Selama tahun 2007 kompensasi kecelakaan yang dikeluarkan Jamsostek mencapai Rp 165,95 Miliar. Kerugian materi lainnya jauh lebih besar.

              Menurut laporan International Labour Organization (ILO) tahun 2006 kerugian akibat kecelakaan kerja mencapai 4% dari GDP suatu Negara. Artinya, dalam skala industri, kecelakaan dan penyakit akibat kerja menimbulkan kerugian 4 persen dari biaya produksi berupa pemborosan terselubung (hidden cost) yang dapat mengurangi produktivitas yang pada akhirnya  dapat mempengaruhi daya saing suatu Negara.

              Hasil survey World Economic Forum tersebut juga mengkaitkan antara daya saing dengan tingkat kecelakaan. Daya saing suatu Negara ternyata berhubungan dengan tingkat keselamatan. Negara dengan daya saing rendah memiliki tingkat keselamatan yang rendah pula. Indeks daya saing Indonesia berada pada peringkat ketiga dari bawah di atas Zimbabwe dan Rusia dengan nilai di bawah 3,5 dan indeks kematian akibat kecelakaan sebesar 17 – 18 per 100.0000 pekerja.

              Pada urutan pertama adalah Finlandia dengan indeks daya saing 6 dan indeks kematian akibat kecelakaan di bawah 1 per 100.000 pekerja. Malaysia memiliki indeks daya saing 5 dengan indeks kematian akibat kecelakaan sekitar 11 per 100.000 pekerja.

              Kondisi ini disebabkan karena masih kurangnya kesadaran dan pemahaman kalangan usaha di Indonesia  akan pentingnya aspek K3 sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan daya saing.

Sumber :
Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja : OHSAS 18001
Soehatman Ramli

Senin, 16 April 2012

TAK ADA AKAR ROTAN PUN JADI : Apa yang bisa digunakan sebagai pengganti alat pertolongan pertama??

Ketika menghadapi keadaan darurat sering kali tidak tersedia peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pertolongan. Namun jangan kehabisan akal kita tidak perlu ketergantungan dengan peralatan yang semestinya, kita bisa menggunakan barang/benda disekitar kita sebagai pengganti alat pertolongan. Alat-alat yang bisa digunakan dalam keadaan darurat adalah sebagai berikut :

1. PEMBALUT WANITA DAN POPOK BAYI
Saat kita menemukan korban dengan perdarahan hebat atau luka parah dan tidak memiliki pembalut yang semestinya, kita bisa menggunakan Pembalut Wanita atau Popok bayi untuk melakukan balut tekan. Caranya ambil pembalut wanita atau popok bayi lalu letakan diatas luka dan lakukan penekanan dengan menggunakan tangan atau pengikatan diatasnya. Jika darah masih keluar maka tambahkan pembalut wanita atau popok bayi sampai tebal. Semakin tebal akan semakin efektif untuk menghentikan perdarahan.

2. SAPU TANGAN, HANDUK, DAN TAPLAK MEJA
Sapu tangan, handuk dan taplak meja bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan hebat pada luka. Caranya Ambil sapu tangan, handuk atau Taplak meja, lalu lipat sedikit lebih lebar dari luka, setelah itu tempelkan dan tekan. Sama halnya dengan pembalut diatas maka jika darah masih mengalir tambahkan kain sapu tangan atau yang lain agar lebih tebal.

Sapu tangan juga bisa dipakai sebagai bantalan ketika pemasangan bidai / spalk. Terutama bantalan pada tulang-tulang yang menonjol.

Sedangkan taplak meja bisa digunakan untuk menyanggah lengan yang patah jika tidak memiliki kain segi tiga atau mitela.

3. MAJALAH, KORAN, PAYUNG, KARDUS
Majalah, koran, payung dan kardus bisa digunakan untuk melakukan pembidaian pada korban yang mengalami patah tulang pada daerah lengan dan kaki. Prinsip pembidaian pada patah tulang adalah harus melewati dua sendi. Jika tidak ada barang diatas, untuk patah tulang daerah kaki bisa juga melakukan pembidaian dengan menggunakan kaki yang sehat, dengan cara mengikatkan kaki yang patah dengan kaki yang sehat sebelahnya.

4. PAPAN, MEJA DAN PINTU
Papan, meja dan pintu dapat digunakan untuk menyanggah korban dengan kecurigaan mengalami patah tulang belakang. Hal ini karena korban yang mengalami cedera tulang belakang harus diletakan pada alas yang rata dan keras untuk menghindari cedera tambahan.

J. Sudrajat
dari berbagai sumber

Minggu, 15 April 2012

TANGGAP DARURAT PADA KELUARGA

Setiap keluarga seharusnya sudah membuat perencanaan dan antisipasi jika terjadi situasi gawat darurat yang menimpa anggota keluarganya. Hal ini untuk meminimalkan resiko sekecil mungkin sebagai dampak dari kedaruratan tersebut. Selain itu juga agar dalam keluarga dapat saling menolong anggota keluarganya yang lain. Berikut ini beberapa hal yang perlu disiapkan sebagai antisipasi dalam menghadapi situasi gawat darurat :

A. TABEL RIWAYAT KESEHATAN 
Sebagian besar keluarga tidak memikirkan pentingnya Tabel Riwayat Kesehatan Keluarga. Sehingga antara anggota keluarga tidak bisa memahami kondisi dan masalah kesehatan keluarga masing-masing. Padahal Tabel riwayat kesehatan keluarga sangat penting ketika menghadapi situasi kedaruratan. Tabel riwayat kesehatan keluarga berisi riwayat sakit yang pernah diderita anggota keluarga, obat yang diminum, alergi terhadap obat tertentu, imunisasi. Dalam tabel tersebut juga harus tertera nomor-nomor pentung seperti nomor telepon rumah sakit terdekat, dokter keluarga, nomor polisi dan nomor pemadam kebakaran.

B. KETAHUI JALAN MENUJU RUMAH SAKIT TERDEKAT
Anggota keluarga yang bisa membawa kendaraan sebaiknya mengenali jalur tercepat menuju rumah sakit terdekat. Pada keadaan darurat salah memilih jalan akan membuat pertolongan menjadi terlambat. Hal ini akan mempengaruhi juga tingkat keberhasilan pertolongan dan kemungkinan penyelamatan jiwa penderita. Pemilihan jalan yang tepat dan tercepat pada keandaan darurat sangat penting, karena pada situasi darurat kita berpacu dengan waktu. Keterlambatan bisa menjadi sangat fatal buat penderita.

C. TANDA PENGENAL MEDIK PRIBADI
Tanda medik pribadi sangat penting untuk anggota keluarga terutama yang sering bepergian jauh. Hal ini untuk memudahkan penolong  mengenali riwayat kesehatan orang yang bersangkutan jika terjadi situasi darurat.

Tanda pengenal medik pribadi bisa berupa gelang, kalung atau kartu khusus. Namun yang paling sering dipakai adalah gelang atau kalung, adapun pemakaian kartu khusus digunakan jika yang bersangkutan alergi pada pemakaian kalung/gelang logam, atau yang tidak mau memakainya.

Tanda pengenal medik pribadi biasanya dipakai oleh orang yang memiliki penyakit serius, seperti diabetes, epilepsi, glaukoma, haemofilia, jantung dan orang-orang yang alergi terhadap obat-obatan atau yang lainya.
Tanda pengenal medik pribadi berisi data-data seperti : nama, alamat,  golongan darah, daftar alergi, atau info kesehatan lainnya. Tanda pengenal medik pribadi banyak diproduksi oleh perusahaan kesehatan atau dibuat sendiri oleh yang bersangkutan.

D. PERALATAN P3K DI RUMAH ATAU DI KENDARAAN
Dirumah atau di kendaraan perlu tersedia kotak P3K yang bisa digunakan setiap saat pada keadaaan darurat. Simpanlah kotak P3K pada lokasi yang strategis, dan jauhkanlah dari jangkauan anak-anak. Jangan lupa untuk mengecek ketersediaan peralatan termasuk memeriksa secara berkala tanggal kadaluarsa dari peralatan tersebut.

By. Jajat Sudrajat
Sumber : Handbook Of First Aid And Emergency Care AMA

Selasa, 27 Maret 2012

Pertolongan Pertama Pada Gigitan Binatang


Jika seekor binatang menggigit anda atau anak anda maka perlu segera mendapatkan pertolongan pertama. Panduan pertolongan pertama gigitan binatang adalah sebagai berikut :

UNTUK LUKA RINGAN
Jika gigitan nyaris merobek kulit dan tidak ada bahaya rabies, maka perlakukan seperti luka kecil. Cuci luka dengan sabun dan air. Oleskan krim antibiotik untuk mencegah infeksi dan tutup luka dengan perban yang bersih.

UNTUK LUKA DALAM
Jika gigitan menciptakan tusukan atau robekan yang parah dan berdarah, ambil kain bersih dan kering lalu lakukan penekanan pada luka untuk menghentikan perdarahan. Segera mencari pertolongan dokter.

UNTUK INFEKSI
Jika anda melihat tanda-tanda infeksi seperti bengkak, nyeri, kemerahan atau bernanah segera konsultasi ke dokter.

UNTUK KECURIGAAN TERHADAP RABIES
Jika anda menduga gigitan itu disebabkan oleh binatang yang mungkin membawa rabies-termasuk hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak diketahui status imunisasinya. Segera kunjungi dokter.

Dokter merekomendasikan untuk mendapatkan vaksin tetanus setiap 10 tahun. Namun jika anda mendapatkanya lebih dari 5 tahun yang lalu dan luka anda dalam dan kotor, dokter dapat merekomendasikan untuk memberikan anti tetanus (Booster). Dapatkan booster sesegera mungkin setelah cedera.

Binatang peliharaan adalah yang paling sering mengakibatkan cedera gigitan. Anjing lebih sering dibandingkan kucing. Namun gigitan kucing bagaimanapun lebih mungkin menyebabkan infeksi karena gigitannya menyebabkan tusukan dan sulit untuk dibersihkan secara menyeluruh. Gigitan hewan peliharaan dan hewan liar yang tidak diimunisasi beresiko terkena rabies. Resiko yang paling tinggi menyebabkan rabies adalah gigitan yang diakibatkan oleh kelelawar, Racoon, dan rubah dari pada kucing dan anjing. Kelinci, tupai dan binatang pengerat lainnya jarang membawa rabies.

The Centers for Disease Control and Prevention (US) merekomendasikan  apabila anak-anak atau dewasa terkena gigitan kelelawar, atau sedang tidur menemukan kelelawar didekatnya atau berfikir/khawatir telah tergigit kelelawar harus segera konsultasi dengan dokter. Hal ini karena bekas gigitan kelelawar sulit untuk dilihat.

Sumber : Mayo Clinic
Diterjemahkan : Jajat.S

Rabu, 21 Maret 2012

Posedur Resusitasi jantung Paru / CPR


Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami serangan jantung (heart attack), tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan, kecelakaan dan lain-lain.  Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan transportasi oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh terutama organ fital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban dan mengalami kerusakan. Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak hanya akan mampu bertahan jika ada asupan gula/glukosa dan oksigen. Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa maka otak akan mengalami kematian secara permanen. Kematian otak berarti pula kematian si korban. Oleh karena itu GOLDEN PERIOD (waktu emas) pada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dibawah 10 menit. Artinya dalam watu kurang dari 10 menit penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak, maka harapan hidup si korban sangat kecil. Adapun pertolongan yang harus dilakukan pada penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dengan melakukan resusitasi jantung paru / CPR.

Berdasarkan konvensi American Heart Association (AHA) terbaru pada tanggal 18 Oktober 2010, Prosedur CPR terbaru adalah sebagai berikut :

A. Kewaspadaan Terhadap Bahaya [DANGER]
  1. Penolong mengamankan diri sendiri dengan memakai alat proteksi diri (APD). ALat proteksi yang paling dianjurkan adalah sarung tangan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari korban kepada penolong.
  2. Selanjutnya penolong mengamankan lingkungan dari kemungkinan bahaya lain yang mengancam, seperti adanya arus listrik, ancaman kejatuhan benda (falling object), 
  3. Setelah penolong dan lingkungan aman maka selanjutnya meletakan korban pada tempat yang rata, keras, kering dan jauh dari bahaya.
B. Cek Respons / Penilaian Kesadaran
  1. Cek kesadaran korban dengan memanggil dan menepuk bahunya. 
  2. Jika dengan memanggil dan menepuk tidak ada respos, maka lakukan pengecekan kesadaran dengan melakukan Rangsangan Nyeri. lakukan rangsang nyeri dengan menekan tulang dada korban dengan cara penolong menekuk jari-jari tangan kanan, lalu tekan dengan sudut ruas jari-jari tangan yang telah ditekuk.
  3. Jika tidak ada respon dengan rangsany nyeri berarti korban tidak sadar dan dalam kondisi koma.
C. Panggil Bantuan / Call For Help
  • Jika korban tidak berespons selanjutnya penolong harus segera memanggil bantuan baik dengan cara berteriak, menelepon, memberi tanda pertolongan (SOS) dan cara lainya.
    • BERTERIAK : Memanggil orang disekitar lokasi kejadian agar membantu pertolongan atau disuruh mencari pertolongan lebih lanjut. Jika ada AED (Automatic External Defibrilation) maka suruh penolong lain untuk mengambil AED.
    • MENELEPON : menghubungi pusat bantuan darurat (emergency call number) sesuai dengan nomor dilokasi / negara masing-masing. Seperti : 911, 118, 112, 113, 999, 000, 555 dan lain-lain.
    • EMERGENCY SIGNAL : dengan membuat asap, kilauan cahaya, suar dan lain-lain jika lokasi ada didaerah terpencil.
D. Cek Nadi 
  1. Pengecekan nadi korban dilakukan untuk memastikan apakah jantung korban masih berdenyut atau tidak.
  2. Pada orang dewasa pengecekan nadi dilakukan pada nadi leher (karotis) dengan menggunakan 2 jari. Caranya letakan 2 jari tangan pada jakun (tiroid) kemudian tarik ke arah samping sampe terasa ada lekukan rasakan apakah teraba atau tidak denyut nadi korban.
  3. Pada bayi pengecekan nadi dilakukan pada lengan atas bagian dalam. Dengan menggunakan 2 jari rasakan ada tidaknya denyut nadi pada lengan atas bagian dalam korban.
  4. Jika nadi tidak teraba berarti korban mengalami henti jantung, maka segera lakukan penekanan / kompresi pada dada korban.
  5. Jika nadi teraba berarti jantung masih berdenyut maka lanjutkan dengan membukaan jalan napas dan pemeriksanaan napas.
E. Kompresi Dada
  1. Jika korban tidak teraba nadinya berarti jantungnya berhenti berdenyut maka harus segera dilakukan penekanan / kompresi dada sebanyak 30 kali.
  2. CARANYA : posisi penolong sejajar dengan bahu korban. Letakan satu tumit tangan diatas tulang dada, lalu letakan tangan yang satu lagi diatas tangan yang sudah diletakan diatas tulang dada. Setelah lalu tekan dada korban denga menjaga siku tetap lurus.
  3. Tekan dada korban sampai kedalaman sepertiga dari ketebalan dada atau 3-5 cm / 1-2 inci (korban dewasa), 2-3 cm (Pada anak), 1-2 cm (bayi)
F. Buka Jalan Napas
  1. Setelah melakukan kompresi selanjutnya membuka jalan napas.
  2. Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala korban.
  3. Pada korban trauma yang dicurigai mengalami patah tulang leher melakukan jalan napas cukup dengan mengangkat dagu korban.
G. Memberikan Napas Buatan
  1. Jika korban masih teraba berdenyut nadinya maka perlu dilakukan pemeriksaan apakah masih bernapas atau tidak. Pemeriksaaan pernapasan dilakukan dengan Melihat ada tidaknya pergerakan dada (LOOK), mendengarkan suara napas (LISTEN) dan merasakan hembusan napas (FEEL). 
  2. Jika korban berdenyut jantungnya tetapi tidak bernapas maka hanya diberikan napas buatan saja sebanyak 12-20 kali per menit.
  3. Jika korban masih berdenyut jantungnya dan masih bernapas maka korban dimiringkan agar ketika muntah tidak terjadi aspirasi.
  4. Korban yang berhenti denyut jantungnya / tidak teraba nadi maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan pernapasan karena sudah pasti berhenti napasnya, penolong setelah melakukan kompresi dan membuka jalan napas langsung memberikan napas buatan sebanyak 2 kali.
H. Evaluasi
  1. Evaluasi pada CPR dilakukan setiap 5 Siklus. (5 x 30 kompresi) + (5 x 2 napas buatan)
  2. Evaluasi pada pemebrian napas buatan saja dilakukan setiap 2 menit

J. Sudrajat_Senior Paramedic